Selamat datang Pemuda - Pemudi Kota Tangerang Selatan

Satukan Visi dan Misi kita Untuk Membangun Kota Tangerang Selatan yang kita cintai ini,sampingkan kepentingan kita untuk Impact yang lebih Positif untuk masyarakat kota tangerang selatan khususnya pemudanya.mari kita luangkan waktu kita untuk memberikan tenaga dan pemikiran kita untuk hal yang bermanfaat bagi masyarakat kota tangerang selatan....Thanks

Kamis, 19 Agustus 2010



Situ Gintung di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten, merupakan situ bikinan Belanda yang umurnya sudah lebih dari tiga perempat abad.

Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Pitoyo Subandrio, Situ Gintung dibangun pemerintah kolonial Belanda tahun 1932-1933. ”Jadi sekarang umurnya sudah 76 tahun,” kata Pitoyo, Jumat (27/3). Ia menambahkan, selama ini banyak orang mengira bahwa Situ Gintung adalah sebuah danau. Padahal, itu adalah sebuah bendungan.

Masih kata Pitoyo, Situ Gintung adalah sebuah bendungan homogen dengan satu jenis tanah atau bendungan urukan homogen. Di sana juga dibangun celah yang disebut pelimpah atau spill way yang lebarnya 5 meter. Di samping itu, di bendungan tersebut juga dibangun pintu air kecil untuk irigasi. Akan tetapi, kata Pitoyo, pintu air itu kini sudah tidak ada lagi karena lahan-lahan pertanian di sekitarnya kini sudah beralih fungsi menjadi kawasan perumahan.

Pitoyo juga mengungkapkan, setelah Indonesia merdeka, danau ini telah beberapa kali dikeruk untuk mengurangi pendangkalan. Ekskavator dipakai untuk mengeruk lumpur yang ada di dasar Situ Gintung dan Kali Pesanggrahan.

Namun, sejak awal pembangunannya, 76 tahun silam, penurapan belum pernah dilakukan pada tanggul Situ Gintung. Sejak dahulu hingga hari ini, menurut Pitoyo, tanggul masih tetap cuma terbuat dari tanah.

Danau alam
Sementara itu, sejarawan Restu Gunawan menjelaskan, tahun 1930-1935 Belanda memang banyak membangun berbagai sarana pengairan dalam rangka pengendalian banjir di Jakarta.

”Jadi, mungkin saja Situ Gintung juga dibangun pada masa itu sebagai salah satu proyek pembangunan dalam rangka pengendalian banjir,” kata Restu, yang juga Kepala Subdirektorat Peradaban Sejarah, Direktorat Geografi Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Namun, menurut Restu, Situ Gintung sebetulnya sebuah danau alamiah yang terbentuk pada masa jauh sebelumnya. Danau itu merupakan bagian dari daerah aliran sungai Kali Angke dan Pesanggrahan, yang lahir pada awal pembentukan dataran rendah Jakarta, sekitar 5.000 tahun silam. ”Baru kemudian Belanda menjadikannya bendungan untuk keperluan irigasi dan pengendalian banjir Jakarta,” katanya.

Sementara itu, menurut Tim Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di sekitar Situ Gintung itu sudah lama berkembang permukiman yang padat. ”Posisi permukiman tersebut berada di bawah tanggul. Inilah yang membuat banyak korban yang jatuh ketika tanggul tersebut jebol dan permukiman dilanda banjir bandang,” demikian disebutkan dalam laporan Tim Mitigasi Bencana BPPT yang diterima Kompas, kemarin.

Situ Gintung merupakan salah satu dari lebih dari 160 situ yang ada di wilayah Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi), yang luas seluruhnya mencapai 1.462,78 hektar. Namun, menurut kajian BPPT, dengan kedalaman rata-rata yang hanya 2 meter, situ-situ itu hanya mampu menampung sekitar 29,26 juta meter kubik air.

Pengerukan secara teratur perlu dilakukan agar situ-situ itu memiliki kedalaman ideal, yakni 5 meter. Dengan kedalaman ini, debit air yang bisa ditampung meningkat tiga kali lipat menjadi 73,14 juta meter kubik.

Bila pemerintah mampu mengembalikan situ-situ itu ke luasan semula, yakni 2.337,10 hektar, volume air yang dapat ditampung makin banyak lagi, sekitar 116,86 juta meter kubik.

Luasan Situ Gintung juga sudah jauh menyusut. Menurut catatan BPPT, danau tersebut pernah memiliki luas sampai 70 hektar. Pitoyo mengatakan, ketika baru dibangun pada tahun 1932, Situ Gintung luasnya 31 hektar. Namun, akibat pendangkalan, luasnya terus berkurang hingga hanya 21,4 hektar saat ini.

Namun, Situ Gintung masih menjadi salah satu dari sedikit situ di Jabodetabek yang kondisinya relatif masih baik. Selain luas, kedalamannya juga masih di atas rata-rata, yakni sekitar 10 meter. Jadi, masuk akal jika air yang melimpas ke luar Situ Gintung saat tanggulnya jebol mencapai 2 juta meter kubik dan mengakibatkan kerugian material yang besar dan menimbulkan pula banyak korban jiwa.

Sumber: Kompas Cetak

Minggu, 15 Agustus 2010


Sejarah dan geografis tangerang selatan

by Karang Taruna Tangerang Selatan on Sunday, August 15, 2010 at 1:39pm

Pada masa penjajahan Belanda, wilayah ini masuk ke dalam Karesidenan Batavia dan mempertahankan karakteristik tiga etnis, yaitu Suku Sunda, Suku Betawi, dan Suku Tionghoa.

Pembentukan wilayah ini sebagai kota otonom berawal dari keinginanwarga di kawasan Tangerang Selatan untuk menyejahterakan masyarakat.Pada tahun 2000, beberapa tokoh dari kecamatan-kecamatan mulaimenyebut-nyebut Cipasera sebagai wilayah otonom. Warga merasa kurang diperhatikan Pemerintah Kabupaten Tangerang sehingga banyak fasilitas terabaikan.

Pada 27 Desember 2006, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) Kabupaten Tangerang menyetujui terbentuknya Kota TangerangSelatan. Calon kota otonom ini terdiri atas tujuh kecamatan, yakni, Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Cisauk, dan Setu.

Pada 22 Januari 2007, Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Tangerang yang dipimpin oleh Ketua DPRD, Endang Sujana, menetapkan Kecamatan Ciputat sebagai pusat pemerintahan Kota Tangerang Selatan secara aklamasi.

Komisi I DPRD Provinsi Banten membahas berkas usulan pembentukan Kota Tangerang mulai 23 Maret 2007. Pembahasan dilakukan setelah berkas usulan dan persyaratan pembentukan kota diserahkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ke Dewan pada 22 Maret 2007.

Pada 2007, Pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan dana Rp 20miliar untuk proses awal berdirinya Kota Tangerang Selatan. Dana itudianggarkan untuk biaya operasional kota baru selama satu tahun pertamadan merupakan modal awal dari daerah induk untuk wilayah hasilpemekaran. Selanjutnya, Pemerintah Kabupetan Tangerang akan menyediakandana bergulir sampai kota hasil pemekaran mandiri.

Batas wilayah

Utara Kota Tangerang dan Daerah Khusus Ibukota JakartaSelatan Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor dan Kota Depok)Barat Kabupaten TangerangTimur Provinsi Jawa Barat (Kota Depok) dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta

dan jika sudah di tangerang jalan tol jakarta - tangerang berubah menjadi jalan tol tangerang - merak

Pembagian administratif

Kota Tangerang Selatan terdiri atas 7 kecamatan, yang dibagi lagi atas 49 kelurahan dan 5 desa.

Kecamatan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008, Kota Tangerang Selatan terdiri atas 7 (tujuh) kecamatan:

Serpong dengan luas 2.404 Ha

Serpong Utara dengan luas 1.784 Ha

Ciputat dengan luas 1.838 Ha

Ciputat Timur dengan luas 1.543 Ha

Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha

Pamulang dengan luas 2.682 Ha

Setu dengan luas 1.480 Ha

Minggu, 08 Agustus 2010


Dalam acara memeriahkan piala champions kami karang taruna kota tangerang selatan mengadakan nonton bareng piala champions 2010 yang diadakan di alun - alun kota tangerang selatan